Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

KETIKA CINTA BERTEPUK SEBELAH TANGAN

Oleh: Yeni Rohaeni Jatuh cinta, berjuta rasanya Biar siang, biar malam terbayang wajahnya Jatuh cinta berjuta indahnya Biar hitam biar putih manislah namanya Titik Puspa memang benar, jatuh cinta berjuta rasanya. Setiap saat yang terbayang hanya si dia. Rindu setiap waktu, bahagia setiap jumpa. Ketika si dia bilang sayang, jiwa serasa melayang, bahkan sekadar sapaan "selamat pagi" pun membuat hati menari-nari. Sehari tak melihat si dia, dunia terasa gulita, sehari tak mendengar suaranya, bumi seperti berhenti berputar. Mabuk cinta memang luar biasa. Begitulah perasaan Kika pada Guntur yang sudah 2 bulan ini mengontrak vapiliun rumahnya. Guntur adalah mahasiswa baru sebuah Perguruan Tinggi di sekitar rumahnya, dan Kika masih duduk di bangku SMA kelas akhir. "Ka, Abang titip kunci kamar, ya." "Abang mau kemana? Ka udah buatin kopi tuh untuk abang." "Gak usah repot-repot, sore ini abang janji makan malam sama pacar abang," kata Guntur sambil menghid

KATA HATI

Oleh: Yeni Rohaeni  Malam tadi, acaranya arisan keluarga. Acara yang dilakukan rutin setiap tanggal 25 pada tiap bulannya ini dihadiri oleh seluruh kerabat keluarga. Biasanya diisi dengan acara diskusi ngalor ngidul, makan, dan diakhiri dengan mengocok arisan.  Seperti biasa, aku melihat adik sepupuku duduk menyendiri. Dia tidak pernah mau bergabung untuk ngobrol dengan anggota keluarga lainnya. Aku sendiri tidak tau masalanya karena tidak pernah bertanya, tapi malam tadi aku mencoba mendekatinya.  "Pa kabar, Ki," sapaku "Baik," jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya. Sepertinya dia sedang asyik main game online. "Gabung yuk, ke ruangan tengah," kataku "Males, ah,"  "Napa sih tiap ada acara kumpul keluarga gak pernah mau gabung?" tanyaku "Gak bagus lho selalu memisahkan diri, ntar dikira sombong," kataku lagi. Adik sepupuku memandangku sejenak, lalu kembali anteng dengan androidnya. "Hey, aku ngomong

ISTRIKU, SUAMI ORANG

Oleh: Yeni Rohaeni  "P" "Aku suntuk." Layar ponselku menangkap chat dari sahabatku yang berada ratusan Km dari tempatku.  "Kenapa?" balasku singkat. "Aku ganggu, yah? Kamu mau dengar ceritaku gak?" "Cerita aja." Aku terbiasa menerima ceritanya walaupun malam telah larut dan aku sedang membuat tulisan untuk setor esok hari. "Aku, poligami." Aku merasa ada petir diantara gemerlap bintang.  "Istri keduaku lebih tua dari istri pertamaku." Aku masih diam karena kulihat sahabatku masih mengetik. "Istri keduaku, suami orang." Suara petir seperti bersahutan. "Cukup, Lu sadar gak sih? Apa Lu ngigau?" Tanyaku sedikit jengkel. "Aku serius, hampir setahun aku poligami, jujur aku menikahinya karena ingin menolongnya, dia yatim piatu, dia juga...lesbian." Aku tercekat, kerongkonganku terasa kering. "Istrimu tahu?" Akhirnya kubalas chatnya setelah beberapa saat dalam keheningan. "Istri p

BAHAGIA DENGAN BERPURA-PURA BAHAGIA

BAHAGIA DENGAN BERPURA-PURA BAHAGIA Oleh: Yeni Rohaeni "Oii, hari ini, aku beneran bahagia, asli bahagia." Terdengar nada riang dari seberang sana. "Lho, emang selama ini bahagiamu KW?" "Ah, kamu kayak yang gak tau aja," jawabnya sambil tertawa.  Aku tersenyum samar, aku tahu semuanya,  Hampir 34 tahun aku bersahabat dengannya membuat aku mengenalnya luar dalam. Jarak yang memisahkan kami tidak membuat komunikasi kami berakhir.  Cerita hidupnya lebih banyak duka daripada sukanya tetapi wajahnya selalu memancarkan kebahagiaan saat bertemu orang lain. Matanya selalu berbinar saat bicara,  sifatnya yang suka bercanda mampu menutupi luka hatinya, dan tertawanya yang lepas menularkan kegembiraan bagi siapa pun yang melihatnya.  Tidak salah kalau semua orang mengira dia bahagia. Pekerjaan yang cukup bonafid, suami yang gagah, rumah dan kendaraan yang bagus serta sepasang anak yang cantik dan tampan telah dia miliki. Kebahagiaan apa lagi sih yang dia cari? Terny

SAAT BADMOOD HADIR

Oleh: Yeni Rohaeni  "Hari ini aku blank, bingung mau nulis apa." Kukirim chat pada sahabatku yang selama ini mensuport kegiatan menulisku. Ya, aku memang sedang mengikuti kelas menulis selama 30 hari. Tulisanku harus diposting di FB setiap hari kecuali Sabtu, Minggu, dan tanggal merah. Kemudian tulisan di FB dicopas ke WAG untuk diberi komentar, kritik, dan saran dari mentor kami. Alhamdulillah, sampai tulisan yang ke24 sudah aku posting di FB dan blogku. Dari 24 tulisan itu aku mendapatkan ilmu menulis yang sangat berharga. Tetapi, entah kenapa di hari yang  ke25  aku benar-benar bingung dan merasa kehabisan ide. "Mulailah dengan satu kata." "Cinta." "Hampa." "Hambar." "Bosan." Notifikasi WhatsAppku berbunyi beruntun seiring balasan chat dari sahabatku. Aku hanya termangu memandang layar gawaiku. "Kamu kayaknya lagi badmood tuh, gak usah dipaksain." "Mendingan ngopi dulu." Aku tersenyum melihat gambar kopi

PERASAAN BERSALAH, APAKAH SALAH?

Oleh: Yeni Rohaeni "Ma, ikat pinggang dede mana?" "Ma, dasi dede mana? Kaos kakinya juga, Ma?" "Lho, dede kan bisa bisa ambil sendiri." "Sekarang kan ada mama di rumah, jadi mama yang nyiapin," jawab anakku polos Sebenarnya berat untuk meninggalkan anakku di rumah tetapi tuntutan pekerjaan terkadang  mengharuskan aku untuk meninggalkan rumah dalam beberapa hari. Saat sedang tugas luar, ayahnya sering mengirim photo aktifitas anakku. Aku cukup lega karena tahu kalau anakku yang masih duduk di kelas III Selolah Dasar sudah bisa mandiri walaupun sekadar memasak nasi pakai magic com dan membuat ceplok telur untuk makannya. Sayangnya,  saat  aku sampai rumah, anakku tidak menunjukan lagi kemandiriannya. Mau sekolah minta aku menyiapkan peralatan sekolahnya, mau makan minta aku menyiapkan makanannya. Seolah-olah dia menuntut haknya saat aku meninggalkannya. "Ah, tak apa-apa," gumamku dalam hati. Rasa bersalah telah meninggalkannya membuat aku

SEHARI DI MASHAGI

Oleh: Yeni Rohaeni  Udara mulai menghangat ketika kami mulai keluar dari Serpong Natura City. Jalanan yang mulai padat membuat laju kendaraan kami agak tersendat.  Hari ini, agenda kami adalah mengunjungi sahabatku, Bapak Jalaludin, beliau adalah ketua PKBM Mashagi Kabupaten Bogor. Aku mengenalnya lebih dekat ketika aku bergabung  di Tim Ngoppi (Ngobrolin Pendidikan) PKBM Indonesia.  Hawa dingin mengaliri tubuhku saat memasuki jalan tol lingkar Bogor. Puncak gunung Salak yang tertutup halimun terlihat indah dan penuh misteri. Ingatanku melayang ke tahun 2012 saat pesawat Sukhoi Superjet100 terjatuh  menabrak tebing gunung  yang menjulang tinggi di hadapan kami sekarang. Ah, segera kutepiskan bayangan itu mengingat akupun akan melakukan perjalanan udara. Mobil ketua PKBM Mnc Tangsel  yang mengantarku memasuki kawasan Pemda Bogor yang sejuk dan asri. Kulihat sahabatku sudah menanti kami. Iket (tutup kepala pria khas Jawa Barat) yang dikenakan sahabatku menjadi ciri khasnya.  Setelah

DASAR KEPO

Oleh: Yeni Rohaeni "Lihat gak status si Dewi?" "Kenapa?" tanyaku "Dia update status lagi di Bandara lho, mau kemana ya dia?" "Mana kutahu," jawabku acuh tak acuh Keesokan harinya, "Eh, dah lihat lagi status si Dewi, gak?" "Belum, paket dataku habis," sahutku  "Ternyata kemarin dia ke Jakarta tuh, mau ngapain ya? kok gak ngajak-ngajak ya?" Aku tertawa, kenapa yah ada orang yang selalu ingin tahu urusan orang lain? pingin tahu itu, pingin tahu ini, segala rupanya dikepoin, dan  ketika segala pertanyaan tak ada jawaban, akhirnya syak wasangka hadir dalam pikirannya, yang mungkin juga lahir karena rasa iri dan dengki. "Kok yang dapat undangan bimtek dia lagi dia lagi ya?" "Kenapa aku gak pernah diundang ya?" "Apa karena dia kenal panitia?" Ah, ternyata pertanyaan orang yang kepo tidak hanya sekali tetapi bisa nyambung mulai dari jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan seterusnya. Dia tidak tahu kalau

CATATAN SEBUAH PERJALANAN

  Oleh: Yeni Rohaeni  Seminggu yang lalu, beliau memperkenalkan diri sebagai salah satu pengelola PKBM dari Provinsi Banten. Lalu, komunikasipun mengalir begitu saja, berbagi cerita, berbagi pengalaman, berbagi informasi, dan akhirnya bertemu muka dalam sebuah perjalanan. Begitu banyak kebaikan yang aku dapatkan dalam perjalananku. Rasa ikhlas, rendah hati, senyuman tulus, dan rasa peduli mengalirkan energi positif dari sahabatku.  Gedung E lantai 7 Kemdikbud mempertemukan kami. Selesai pertemuan, sahabatku mengantarkan aku ke sebuah apartemen sebagai tempat melepas penatku.  Hari kedua aku dijemput kembali dan dibawa mengunjungi lembaga PKBM nya. Alhamdulillah, selalu ada cerita dan wawasan baru dalam setiap persinggahan.  Malam berikutnya, aku tidak lagi menginap di apartemen melainkan dibawa ke rumahnya yang cukup asri di kawasan Bogor. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kalau kedekatan ini terjadi begitu saja padahal baru satu minggu kami berkenalan.  "Mengalirlah bersama ke

TENTANG SAHABAT

Oleh: Yeni Rohaeni  Tepat pukul 21.00 WIB, Citilink yang membawaku mendarat di Bandara Halim Perdana Kusumah. Jadwal yang delay, penumpang yang padat dan cuaca buruk membuat perjalananku kurang nyaman. Keinginan bertemu sahabatlah yang memusnahkan semua rasa gelisahku.  Sahabat memang tidak harus selalu bersama sama, terpisah oleh jarak bukanlah masalah tetapi  merupakan suatu kebahagiaan jika kita bisa bertemu muka. Sahabat merupakan orang yang memiliki kedekatan emosional dengan kita. Sahabat bisa memberi tahu saat kita tidak tahu, mengingatkan saat kita salah, menghibur saat kita galau, dan mendengarkan saat kita berkeluh kesah. Riak-riak kecil kadang hadir dalam persahabatan, tak jarang masalah sepele bisa membuat kita berselisih. Karena itu, senantiasalah untuk menjaga persahabatan. Usiaku yang hampir setengah abad telah membawaku bertemu dengan sahabat-sahabat baikku. Persahabatan kami semakin erat ketika kami saling menjaga kepercayaan, menjaga rahasia satu sama lain, menjadi pe

JANGAN BERLEBIHAN

 JANGAN BERLEBIHAN Oleh: Yeni Rohaeni  "Dia gak bakalan menang, suaranya aja gemeteran githu." "Power pointnya gak menarik tuh." "Ih, materinya gak nyambung, pasti gak masuk hitungan." Duh, ini orang kok percaya diri banget ya, semua gak ada yang bagus dimatanya, semua dianggap gak bakalan masuk hitungan, seolah-olah hanya dialah peserta yang tampil paling baik dalam ajang lomba itu. Percaya diri yang berlebihan membuatnya yakin kalau dia bakal jadi pemenang. Pemenang diumumkan, ternyata namanya tidak pernah dipanggil. Jangankan jadi pemenang, masuk nominasi pun tidak. Akhirnya, berbagai jenis emosi seperti rasa malu, kesal, kecewa, marah hingga sedih muncul seiring kekalahan yang dihadapi.  "Kok, dia sih yang menang? padahal penampilannya biasa-biasa aja." "Gimana sih juri menilainya?" "Jangan-jangan yang menang itu saudaranay juri, ya?" Rasa percaya diri yang berlebihan membuatnya tidak mampu berlapang dada saat menerima kek

ADA APA DENGAN ANDRE?

  ADA APA DENGAN ANDRE? Oleh: Yeni Rohaeni  "Gila," kata tutorku sambil meletakan tasnya. "Kenapa?" Tanyaku bingung Aku melihat anak-anak Paket C baru keluar dari ruangan kelas dan tutorku bergegas menutup pintu. "Ada apa," tanyaku lagi. "Masa si Andre bilang cinta sama aku." Jawab tutorku dengan muka memerah. Aku tertawa, Andre adalah salah satu peserta didik Paket C di lembagaku. Usianya 18 tahun, dia memilih masuk Paket C karena drop out dari salah satu SMK Negeri di daerahku.  Tutorku memang manis dan ramah. Namanya saja sekolah nonformal, aku selalu minta para tutorku agar tidak terlalu kaku dalam mengajar dan berkomunikasi dengan peserta didik. "Emang si Andre gak tau ya kalau kamu lebih tua dari dia?" "Sudah aku bilang," sahutnya "Terus apa jawab si Andre?" Jawabannya,"Usia hanya sekedar angka," kata tutorku sambil tertawa. "Jangan-jangan dia gak tau pula kalau kamu dah nikah," "Sudah

TAMU ISTIMEWA HARI INI

  TAMU ISTIMEWA HARI INI Oleh: Yeni Rohaeni "Assalamualaikum," terdengar suara yang sudah sangat kukenal. "Waalaikumsalam, masuklah!" Jawabku tanpa mengalihkan pandanganku dari layar komputer. Dari caranya mengucapkan salam aku sudah tahu kalau yang datang adalah salah satu tutorku yang mengajar Paket B. "Teh, aku bawa teman," kata tutorku Saking antengnya dengan komputer sampai gak sadar kalau tutorku bawa temannya. Refleks aku menoleh, aku melihat tutorku membimbing temannya, mendudukkannya di sebuah kursi, dan meletakan air minum kemasan ke tangannya. Sejenak aku terkesima melihat adegan itu, ternyata tutorku membawa temannya yang tuna netra. "Ini Pak Son, Teh, beliau ngajar di SLB sini," tutorku menjelaskan tanpa kuminta. MasyaAllah, ternyata beliau seorang Guru. Pak Son berasal dari Simalungun Sumatera Utara, SK pengangkatan sebagai ASN lah yang membawanya ke sini sejak tahun 2019. Sakit campak menyebabkan beliau kehilangan penglihatan sejak

KEKUATAN PANTUN

  KEKUATAN PANTUN Oleh: Yeni Rohaeni Bunga sekuntum berdaun lebat Tangkainya terlihat kaku Assalamualaikum para sahabat Semoga sahabat sehat selalu Percaya gak kalau pantun punya kekuatan? Tapi ini menurut kaca mataku sih. Oh ya, adakah yang belum tahu dengan pantun? Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama, terdiri dari empat larik/baris dengan pola a-b-a-b atau a-a-a-a. Pantun menunjukan kecepatan seseorang dalam berpikir dan bermain-main dengan kata. Secara umum, pantun merupakan alat penguat penyampaian pesan (wikipedia Bahasa Indonesia) Lalu dimana kekuatanya? Sejak aku tinggal di Ranah Minang, aku mulai akrab dengan pantun. Aku sering mendengar pantun pada acara-acara seremonial organisasi yang aku ikuti, seperti: pengukuhan/pelantikan pengurus, pencanangan suatu program, dan acara perlombaan. Pada acara ceremonial biasanya ada sambutan-sambutan mulai dari sambutan panitia sampai yang membuka acara. Nah, acara sambutan ini biasanya paling membosankan apalagi kalau sambutanny

KARENA MEMANG GROGI ITU NORMAL

  KARENA MEMANG GROGI ITU NORMAL Oleh: Yeni Rohaeni "Nomor lot berapa, Bu?" tanya seseorang di sampingku. Aku menoleh dan kulihat laki-laki paruh baya memakai baju adat Yogyakarta lengkap dengan blankonnya sedang menatapku ramah. "Nomor 13, Pak" jawabku "Wah, lucky number itu." Katanya sambil tersenyum "Semoga, Pak." Gumamku agak miris karena aku ingat mitos bahwa angka 13 adalah angka sial. Ah, itu hanya mitos pikirku menghibur diri. Satu per satu peserta lomba memasuki ruangan aula hotel. Ruangan yang luas dan nyaman. Kursi peserta lomba ditata dengan rapi. Tiga buah meja juri membelakangi tempat peserta dan menghadap ke meja panjang yang disediakan untuk meletakkan hasil-hasil karya nyata para pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) utusan 34 Provinsi Di Indonesia. Entah kenapa jantungku berdetak lebih kencang. Rasa percaya diriku tiba-tiba ambyar, grogi mak.. "Juri kita Profesor semua." bisik Teh Devi yang berkebaya canti

KETIKA MANUAL MENJADI DIGITAL

  KETIKA MANUAL MENJADI DIGITAL Oleh : Yeni Rohaeni "Pusing aku." gumam Bu Yuni lirih sambil menutup laptopnya. "Lho, kok laptopnya ditutup?" tanyaku Helaan nafas Bu Yuni terdengar berat, untuk beberapa saat Beliau terdiam dan aku membiarkannya sambil berpikir kenapa Bu Yuni tiba-tiba seperti orang yang galau tingkat tinggi. Bu Yuni adalah salah seorang pengelola PAUD di Kecamatanku. Aku mengenalnya sejak aku berkecimpung di dunia PAUD. Orangnya enerjik dan humoris, belum lengkap rasanya kalau berkumpul tanpa Beliau, gak ada yang bikin ngakak. "Teh!" Bu Yuni memanggilku. Oh ya, sejak pindah ke Minang rata-rata semua orang memanggilku "teteh" terkadang ada yang tidak tahu dengan nama asliku "Hmm, kenapa?" Tanyaku "Mabuk otak Denai (aku), Teh, sekarang semua online, semua maen upload, scan terus pdfkan, aku ikuti semua, pelajari semua sampai bisa, tapi masih ada juga yang belum paham, capek rasanya mengikuti zaman ini." Cerocosn