Langsung ke konten utama

JANGAN BERLEBIHAN


 JANGAN BERLEBIHAN


Oleh: Yeni Rohaeni 

"Dia gak bakalan menang, suaranya aja gemeteran githu."

"Power pointnya gak menarik tuh."

"Ih, materinya gak nyambung, pasti gak masuk hitungan."


Duh, ini orang kok percaya diri banget ya, semua gak ada yang bagus dimatanya, semua dianggap gak bakalan masuk hitungan, seolah-olah hanya dialah peserta yang tampil paling baik dalam ajang lomba itu. Percaya diri yang berlebihan membuatnya yakin kalau dia bakal jadi pemenang.


Pemenang diumumkan, ternyata namanya tidak pernah dipanggil. Jangankan jadi pemenang, masuk nominasi pun tidak. Akhirnya, berbagai jenis emosi seperti rasa malu, kesal, kecewa, marah hingga sedih muncul seiring kekalahan yang dihadapi. 


"Kok, dia sih yang menang? padahal penampilannya biasa-biasa aja."

"Gimana sih juri menilainya?"

"Jangan-jangan yang menang itu saudaranay juri, ya?"


Rasa percaya diri yang berlebihan membuatnya tidak mampu berlapang dada saat menerima kekalahan. Dia lupa bahwa dalam sebuah perlombaan terkadang tim juri punya kaca mata sendiri dalam menilai peserta lomba.


Percaya diri itu emang perlu, mak!

Tetapi bukan rasa percaya diri yang berlebihan.orang yang terlalu percaya diri akan terlihat angkuh dan terkesan suka merendahkan orang lain. Efeknya, akan membuat orang di sekitar kita tidak senang dan tidak menutup kemungkinan mereka akan menjauhi kita. Rugi kan?


Janganlah terlalu percaya diri dan janganlah terlalu menyandarkan kesuksesan pada diri sendiri. Sesungguhnya, semua kelebihan dan usaha yang dilakukan tidak akan bermanfaat tanpa pertolongan Allah SWT.


#kabolmenulis51

#day19

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CATATAN SEBUAH PERJALANAN

  Oleh: Yeni Rohaeni  Seminggu yang lalu, beliau memperkenalkan diri sebagai salah satu pengelola PKBM dari Provinsi Banten. Lalu, komunikasipun mengalir begitu saja, berbagi cerita, berbagi pengalaman, berbagi informasi, dan akhirnya bertemu muka dalam sebuah perjalanan. Begitu banyak kebaikan yang aku dapatkan dalam perjalananku. Rasa ikhlas, rendah hati, senyuman tulus, dan rasa peduli mengalirkan energi positif dari sahabatku.  Gedung E lantai 7 Kemdikbud mempertemukan kami. Selesai pertemuan, sahabatku mengantarkan aku ke sebuah apartemen sebagai tempat melepas penatku.  Hari kedua aku dijemput kembali dan dibawa mengunjungi lembaga PKBM nya. Alhamdulillah, selalu ada cerita dan wawasan baru dalam setiap persinggahan.  Malam berikutnya, aku tidak lagi menginap di apartemen melainkan dibawa ke rumahnya yang cukup asri di kawasan Bogor. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kalau kedekatan ini terjadi begitu saja padahal baru satu minggu kami berkenalan.  "Mengalirlah bersama ke

BUKAN SEKEDAR EKSIS

“Lo, eksis banget ya di medsos, tiap hari muncul di berandaku, ” celetuk sahabatku “Terus, masalah buat, Lo?” tanyaku. “Enggak sih, aku  heran aja.” “Kenapa heran? Kan gak aku aja yang eksis, yang lain malah sehari bisa sampai update status 3 sampai 4 kali, perasaan aku hanya sekali setiap hari.” Jawabku. “Iya sih, kadang aku bingung melihat orang-orang ini, semuanya diposting, cuaca panas langsung update “panasnya full banget” hari hujan update “hujaaaaan”, gak bisa tidur langsung update “insomnia” dapat kado langsung update “makasih ya kadonya” apalagi yang ulang tahun, dari teman gak apa-apa sih ini yang lucu kalau suami istri yang ulang tahun sampai diupdate juga emangnya mereka gak serumah ya, sampai-sampai mengucapkan ulang tahun aja di medsos.”  Kupandangi sahabatku sambil tersenyum, dia memang agak pendiam dan kurang aktif di media sosial. Waktunya lebih suka dihabiskan dengan membaca buku.  “Kadang aku bingung melihatmu, dikit-dikit foto, dikit-dikit selfi, terus posting, apa

KATA HATI

Oleh: Yeni Rohaeni  Malam tadi, acaranya arisan keluarga. Acara yang dilakukan rutin setiap tanggal 25 pada tiap bulannya ini dihadiri oleh seluruh kerabat keluarga. Biasanya diisi dengan acara diskusi ngalor ngidul, makan, dan diakhiri dengan mengocok arisan.  Seperti biasa, aku melihat adik sepupuku duduk menyendiri. Dia tidak pernah mau bergabung untuk ngobrol dengan anggota keluarga lainnya. Aku sendiri tidak tau masalanya karena tidak pernah bertanya, tapi malam tadi aku mencoba mendekatinya.  "Pa kabar, Ki," sapaku "Baik," jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya. Sepertinya dia sedang asyik main game online. "Gabung yuk, ke ruangan tengah," kataku "Males, ah,"  "Napa sih tiap ada acara kumpul keluarga gak pernah mau gabung?" tanyaku "Gak bagus lho selalu memisahkan diri, ntar dikira sombong," kataku lagi. Adik sepupuku memandangku sejenak, lalu kembali anteng dengan androidnya. "Hey, aku ngomong