Langsung ke konten utama

BAHAGIA DENGAN BERPURA-PURA BAHAGIA

BAHAGIA DENGAN BERPURA-PURA BAHAGIA

Oleh: Yeni Rohaeni

"Oii, hari ini, aku beneran bahagia, asli bahagia."
Terdengar nada riang dari seberang sana.
"Lho, emang selama ini bahagiamu KW?"
"Ah, kamu kayak yang gak tau aja," jawabnya sambil tertawa. 

Aku tersenyum samar, aku tahu semuanya,  Hampir 34 tahun aku bersahabat dengannya membuat aku mengenalnya luar dalam. Jarak yang memisahkan kami tidak membuat komunikasi kami berakhir. 

Cerita hidupnya lebih banyak duka daripada sukanya tetapi wajahnya selalu memancarkan kebahagiaan saat bertemu orang lain. Matanya selalu berbinar saat bicara,  sifatnya yang suka bercanda mampu menutupi luka hatinya, dan tertawanya yang lepas menularkan kegembiraan bagi siapa pun yang melihatnya. 

Tidak salah kalau semua orang mengira dia bahagia. Pekerjaan yang cukup bonafid, suami yang gagah, rumah dan kendaraan yang bagus serta sepasang anak yang cantik dan tampan telah dia miliki. Kebahagiaan apa lagi sih yang dia cari?

Ternyata kita tidak bisa menilai seseorang dari penampilan luarnya saja. Kita juga tidak bisa menilai orang lain bahagia hanya dari kacamata kesuksesan dan kekayaan yang dimilikinya. Lalu darimana? 
Sepertinya tidak usah dipertanyakan, karena kebahagiaan hanya diri kita sendiri yang bisa merasakannya. 

Aku salut pada sahabatku yang selama ini selalu tampak bahagia walaupun hanya berpura-pura🤔

"Untuk apa sih, kita cerita pada orang lain kalau kita tak bahagia?"
"Seandainya aku cerita, apa mereka bisa memberiku kebahagiaan?"
"Justru di saat aku pura-pura bahagia, aku berharap bisa membuat orang lain bahagia tanpa tahu kalau sebenarnya itu hanya pura-pura."

Ah, kamu memang tangguh, selalu ingin memberikan kebahagiaan pada orang lain padahal selama ini kamu banyak menyimpan luka. 

"Oii, Lu masih disitu gak?" Teriaknya di seberang sana.
" Lu tahu gak, aku sekarang asli jadi tulang rusuk, bukan tulang punggung lagi,"  katanya dengan ceria.

Seketika aku mengerti.
"Aku ikut bahagia jika kamu bahagia," sahutku sambil menutup gawaiku.

Berbahagialah orang-orang yang sudah tidak mencari kebahagiaan. 

#kabolmenulis51
#day26

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CATATAN SEBUAH PERJALANAN

  Oleh: Yeni Rohaeni  Seminggu yang lalu, beliau memperkenalkan diri sebagai salah satu pengelola PKBM dari Provinsi Banten. Lalu, komunikasipun mengalir begitu saja, berbagi cerita, berbagi pengalaman, berbagi informasi, dan akhirnya bertemu muka dalam sebuah perjalanan. Begitu banyak kebaikan yang aku dapatkan dalam perjalananku. Rasa ikhlas, rendah hati, senyuman tulus, dan rasa peduli mengalirkan energi positif dari sahabatku.  Gedung E lantai 7 Kemdikbud mempertemukan kami. Selesai pertemuan, sahabatku mengantarkan aku ke sebuah apartemen sebagai tempat melepas penatku.  Hari kedua aku dijemput kembali dan dibawa mengunjungi lembaga PKBM nya. Alhamdulillah, selalu ada cerita dan wawasan baru dalam setiap persinggahan.  Malam berikutnya, aku tidak lagi menginap di apartemen melainkan dibawa ke rumahnya yang cukup asri di kawasan Bogor. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kalau kedekatan ini terjadi begitu saja padahal baru satu minggu kami berkenalan.  "Mengalirlah bersama ke

BUKAN SEKEDAR EKSIS

“Lo, eksis banget ya di medsos, tiap hari muncul di berandaku, ” celetuk sahabatku “Terus, masalah buat, Lo?” tanyaku. “Enggak sih, aku  heran aja.” “Kenapa heran? Kan gak aku aja yang eksis, yang lain malah sehari bisa sampai update status 3 sampai 4 kali, perasaan aku hanya sekali setiap hari.” Jawabku. “Iya sih, kadang aku bingung melihat orang-orang ini, semuanya diposting, cuaca panas langsung update “panasnya full banget” hari hujan update “hujaaaaan”, gak bisa tidur langsung update “insomnia” dapat kado langsung update “makasih ya kadonya” apalagi yang ulang tahun, dari teman gak apa-apa sih ini yang lucu kalau suami istri yang ulang tahun sampai diupdate juga emangnya mereka gak serumah ya, sampai-sampai mengucapkan ulang tahun aja di medsos.”  Kupandangi sahabatku sambil tersenyum, dia memang agak pendiam dan kurang aktif di media sosial. Waktunya lebih suka dihabiskan dengan membaca buku.  “Kadang aku bingung melihatmu, dikit-dikit foto, dikit-dikit selfi, terus posting, apa

KATA HATI

Oleh: Yeni Rohaeni  Malam tadi, acaranya arisan keluarga. Acara yang dilakukan rutin setiap tanggal 25 pada tiap bulannya ini dihadiri oleh seluruh kerabat keluarga. Biasanya diisi dengan acara diskusi ngalor ngidul, makan, dan diakhiri dengan mengocok arisan.  Seperti biasa, aku melihat adik sepupuku duduk menyendiri. Dia tidak pernah mau bergabung untuk ngobrol dengan anggota keluarga lainnya. Aku sendiri tidak tau masalanya karena tidak pernah bertanya, tapi malam tadi aku mencoba mendekatinya.  "Pa kabar, Ki," sapaku "Baik," jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya. Sepertinya dia sedang asyik main game online. "Gabung yuk, ke ruangan tengah," kataku "Males, ah,"  "Napa sih tiap ada acara kumpul keluarga gak pernah mau gabung?" tanyaku "Gak bagus lho selalu memisahkan diri, ntar dikira sombong," kataku lagi. Adik sepupuku memandangku sejenak, lalu kembali anteng dengan androidnya. "Hey, aku ngomong