Langsung ke konten utama

SALING MENGHARGAI ITU INDAH

 


“Kenapa sih, kamu gak pernah share poto kegiatan di WAG yang ada petingginya?” Pertanyaan untuk temanku ini kukirim via japri WA. Pertanyaan ini sebenarnya sudah lama ingin kusampaikan tetapi masih ragu karena takut menyinggung perasaannya dan malam ini aku merasa momen yang tepat untuk bertanya. 

Sejak awal bulan kemarin,  kami diberi kewenangan masing-masing untuk melaksanakan suatu kegiatan dengan tetap berpedoman pada aturan pemerintah.  Dan sebagai bentuk laporan kami ramai mengirimkan foto kegiatan melalui WAG. Dari sekian yang mengirim hanya 1 orang yang tidak pernah mengirimkan dokumentasi kegiatan. Hal ini yang menggerakan hatiku untuk bertanya pada temanku. 

“Kamu meragukan aku? Kegiatanku jalan kok Cuma males aja kirim foto itu di grup.” 

“Lha, kenapa males?” 

“Biarlah foto-foto kami menjadi dokumentasi saja, gak perlu rasanya di share di grup.”

“Ok, foto memang untuk dokumentasi, yang aku tanyakan, apa alasanmu gak pernah mau share di grup?” aku mengulang pertanyaanku dan jawabannya membuatku terdiam.

“Coba deh kamu buka riwayat WAG itu, apa pernah foto-foto kita itu diapresiasi? Gak kan? Jangankan komentar tanda jempol aja gak pernah keluar  dari petinggi kita, jadi percuma saja  kirim foto kalau hanya membuat penuh memori HP kawan.”

Jawaban temanku membuatku penasaran, akhirnya aku pun membuka WAG tersebut dan mencoba scroll untuk membuktikan kebenaran alasan temanku. Ah, ternyata temanku benar, dari para petinggi itu, hanya 1 orang yang suka komen walaupun singkat  atau sekedar jempol. 

“Bagaimana hasil penelusurannya?” tanya temanku disertai emoji tertawa. 

“Aku gak memperhatikan sampai ke sana lho, aku gak peduli mau dikomen mau kagak yang penting kirim, setidaknya mereka lihat walaupun gak dikomen atau diapresiasi.” Balasku, hening sesaat, tak ada status mengetik lagi dari temanku. 

“Berbaik sangka saja, para petinggi itu sibuk, WAG nya mungkin lebih banyak dari kita dan bukan kita-kita saja yang diurusnya, mungkin mereka belum sempat lihat grup trus saat dibuka tahu-tahu chatnya dah ratusan, terlewat deh.” Kataku sekedar membela diri karena aku termasuk orang yang rajin kirim foto. 

“Terserah kamu aja yang penting kamu sudah tahu alasanku kenapa aku gak pernah share poto kegiatan ke grup, selamat malam.” Temanku mengakhiri chatnya. 

Kadang-kadang aku berpikir, kenapa ya masih ada orang yang begitu sulit mengapreasiasi orang lain? Padahal mengapresiasi menurutku sangat penting. Ketika seseorang menshare kegiatan yang dilakukannya terus kita memberikan apresiasi maka betapa bahagianya orang tersebut karena merasa dihargai. Disamping itu, pemberian apresiasi bisa menjadi penyemangat seseorang untuk berkarya lebih baik. Apakah memberikan apresiasi harus berupa materi? Oh tidak, Guys! Berikan saja apresiasi gratisan, seperti kasih jempol, kasih like atau subscriber jika yang dishare chanel you tube nya. Sederhana kan? Yuk, biasakan mengapresiasi karya orang lain karena saling menghargai itu indah.

#ChallengeRamadan

#SahabatKabolMenulis

#Day18

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEHARI DI MASHAGI

Oleh: Yeni Rohaeni  Udara mulai menghangat ketika kami mulai keluar dari Serpong Natura City. Jalanan yang mulai padat membuat laju kendaraan kami agak tersendat.  Hari ini, agenda kami adalah mengunjungi sahabatku, Bapak Jalaludin, beliau adalah ketua PKBM Mashagi Kabupaten Bogor. Aku mengenalnya lebih dekat ketika aku bergabung  di Tim Ngoppi (Ngobrolin Pendidikan) PKBM Indonesia.  Hawa dingin mengaliri tubuhku saat memasuki jalan tol lingkar Bogor. Puncak gunung Salak yang tertutup halimun terlihat indah dan penuh misteri. Ingatanku melayang ke tahun 2012 saat pesawat Sukhoi Superjet100 terjatuh  menabrak tebing gunung  yang menjulang tinggi di hadapan kami sekarang. Ah, segera kutepiskan bayangan itu mengingat akupun akan melakukan perjalanan udara. Mobil ketua PKBM Mnc Tangsel  yang mengantarku memasuki kawasan Pemda Bogor yang sejuk dan asri. Kulihat sahabatku sudah menanti kami. Iket (tutup kepala pria khas Jawa Barat) yang dikenakan sahaba...

ADA APA DENGAN ANDRE?

  ADA APA DENGAN ANDRE? Oleh: Yeni Rohaeni  "Gila," kata tutorku sambil meletakan tasnya. "Kenapa?" Tanyaku bingung Aku melihat anak-anak Paket C baru keluar dari ruangan kelas dan tutorku bergegas menutup pintu. "Ada apa," tanyaku lagi. "Masa si Andre bilang cinta sama aku." Jawab tutorku dengan muka memerah. Aku tertawa, Andre adalah salah satu peserta didik Paket C di lembagaku. Usianya 18 tahun, dia memilih masuk Paket C karena drop out dari salah satu SMK Negeri di daerahku.  Tutorku memang manis dan ramah. Namanya saja sekolah nonformal, aku selalu minta para tutorku agar tidak terlalu kaku dalam mengajar dan berkomunikasi dengan peserta didik. "Emang si Andre gak tau ya kalau kamu lebih tua dari dia?" "Sudah aku bilang," sahutnya "Terus apa jawab si Andre?" Jawabannya,"Usia hanya sekedar angka," kata tutorku sambil tertawa. "Jangan-jangan dia gak tau pula kalau kamu dah nikah," "Sudah ...

KETIKA MANUAL MENJADI DIGITAL

  KETIKA MANUAL MENJADI DIGITAL Oleh : Yeni Rohaeni "Pusing aku." gumam Bu Yuni lirih sambil menutup laptopnya. "Lho, kok laptopnya ditutup?" tanyaku Helaan nafas Bu Yuni terdengar berat, untuk beberapa saat Beliau terdiam dan aku membiarkannya sambil berpikir kenapa Bu Yuni tiba-tiba seperti orang yang galau tingkat tinggi. Bu Yuni adalah salah seorang pengelola PAUD di Kecamatanku. Aku mengenalnya sejak aku berkecimpung di dunia PAUD. Orangnya enerjik dan humoris, belum lengkap rasanya kalau berkumpul tanpa Beliau, gak ada yang bikin ngakak. "Teh!" Bu Yuni memanggilku. Oh ya, sejak pindah ke Minang rata-rata semua orang memanggilku "teteh" terkadang ada yang tidak tahu dengan nama asliku "Hmm, kenapa?" Tanyaku "Mabuk otak Denai (aku), Teh, sekarang semua online, semua maen upload, scan terus pdfkan, aku ikuti semua, pelajari semua sampai bisa, tapi masih ada juga yang belum paham, capek rasanya mengikuti zaman ini." Cerocosn...