Langsung ke konten utama

KETIKA MENJADI NARAHUBUNG



“Assalamualaikum, Ibu, saya dapat info tentang kegian webinar, apakah saya masih bisa daftar?”  

sebuah pertanyaan dari nomor tak dikenal masuk  seraya mengirim flayer kegiatan webinar.

“Selamat siang, Bunda, terkait webinar vicomTARA, bisa kirim kembali link pendaftarannya?”

“Punten, neng, ibu mau daftar webinar tapi linknya gak bisa diisi, kumaha solusina nya?”

Sepertinya ini dari emak-emak dari Jabar.

“Teteh, saya sudah isi link pendaftaran, tapi gak ada tanggapannya, apa data saya sudah masuk?”

“Malam, Bunda, tadi saya isi form pendaftaran webinar, terus saya diminta gabung ke grup telegram tapi gak bisa, kenapa, ya?”

“Apakah ibu sudah punya aplikasi telegramnya?” tanyaku 

“Belum, gimana ya caranya?”

Akupun memberikan tutorial cara menginstall aplikasi telegram.

“Alhamdulillah bisa, Bun, terus bagaimana ya mencari teman di telegram?”

Aku kirim link grup telegram dan meminta beliau untuk gabung grup biar banyak temannya.

“Alhamdulillah, sudah gabung, Bun, ternyata banyak teman WA juga disana ya, Bun.”

“Iya, Bu, salam sehat selalu, ya!” kuakhiri percakapan diiringi 3 buah emoji senyum manis.

Itulah sebagian pertanyaan-pertanyaan yang datang kepadaku sebagai narahubung Webinar VicomTARA 

yang diselenggarakan DPP FTPKN (Dewan Pengurus Pusat Forum Tutor Kesetaraan Nasional) . 

Animo  peserta yang tinggi lengkap dengan berbagai kendala saat mendaftar membuat jari-jariku keriting. 

Ternyata menjadi seorang narahubung harus memiliki tingkat kesabaran yang tinggi.   

Apa sih sebenarnya narahubung itu?

Narahubung adalah orang yang ditunjuk untuk memberikan suatu informasi baik melalui surat, surat elektronik (surel), faximili, telepon, WA, atau ditemui secara langsung.

Dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan Istilah "contact person". Narahubung biasanya dicantumkan di undangan atau flayer sebuah kegiatan  

seperti seminar, diskusi, lokakarya, pelatihan, workshop, pertunjukan seni, papan pengumuman, kotak redaksi media massa cetak, dan media daring.

Tujuan pencantuman narahubung adalah untuk memudahkan masyarakat mendapatkan informasi seputar kegiatan yang diminati (Wikipedia Indonesia).

Menjadi narahubung  kegiatan VicomTARA safari Ramadan episode 1 ini memberikan  pengalaman yang luar biasa.  

Tiba-tiba ponselku dipenuhi nomor-nomor baru yang mencari informasi tentang webinar VicomTARA, 

sampai tidak bisa cek lagi mana yang telah kujawab dan mana yang belum kujawab. Oleh karena itu, melalui tulisan ini, 

aku mohon maaf yang sebesar-besarnya jika informasi yang disampaikan kurang maksimal. 

Satu hal yang istimewa,  merupakan  kebahagiaan tersendiri saat semua mengenalkan diri 

sebagai pegiat PNFI mulai dari Sabang sampai Merauke. 

Jangan lupa masih ada episode 2, tetap semangat dan salam sehat selalu.

#ChallengeRamadan

#SahabatKabolMenulis

#Day6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUKAN SEKEDAR EKSIS

“Lo, eksis banget ya di medsos, tiap hari muncul di berandaku, ” celetuk sahabatku “Terus, masalah buat, Lo?” tanyaku. “Enggak sih, aku  heran aja.” “Kenapa heran? Kan gak aku aja yang eksis, yang lain malah sehari bisa sampai update status 3 sampai 4 kali, perasaan aku hanya sekali setiap hari.” Jawabku. “Iya sih, kadang aku bingung melihat orang-orang ini, semuanya diposting, cuaca panas langsung update “panasnya full banget” hari hujan update “hujaaaaan”, gak bisa tidur langsung update “insomnia” dapat kado langsung update “makasih ya kadonya” apalagi yang ulang tahun, dari teman gak apa-apa sih ini yang lucu kalau suami istri yang ulang tahun sampai diupdate juga emangnya mereka gak serumah ya, sampai-sampai mengucapkan ulang tahun aja di medsos.”  Kupandangi sahabatku sambil tersenyum, dia memang agak pendiam dan kurang aktif di media sosial. Waktunya lebih suka dihabiskan dengan membaca buku.  “Kadang aku bingung melihatmu, dikit-dikit foto, dikit-dikit selfi, terus posting, apa

CATATAN SEBUAH PERJALANAN

  Oleh: Yeni Rohaeni  Seminggu yang lalu, beliau memperkenalkan diri sebagai salah satu pengelola PKBM dari Provinsi Banten. Lalu, komunikasipun mengalir begitu saja, berbagi cerita, berbagi pengalaman, berbagi informasi, dan akhirnya bertemu muka dalam sebuah perjalanan. Begitu banyak kebaikan yang aku dapatkan dalam perjalananku. Rasa ikhlas, rendah hati, senyuman tulus, dan rasa peduli mengalirkan energi positif dari sahabatku.  Gedung E lantai 7 Kemdikbud mempertemukan kami. Selesai pertemuan, sahabatku mengantarkan aku ke sebuah apartemen sebagai tempat melepas penatku.  Hari kedua aku dijemput kembali dan dibawa mengunjungi lembaga PKBM nya. Alhamdulillah, selalu ada cerita dan wawasan baru dalam setiap persinggahan.  Malam berikutnya, aku tidak lagi menginap di apartemen melainkan dibawa ke rumahnya yang cukup asri di kawasan Bogor. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kalau kedekatan ini terjadi begitu saja padahal baru satu minggu kami berkenalan.  "Mengalirlah bersama ke

KASIH TAK TERUCAP

Lagu ruang rindunya Letto terdengar merdu dari ponselku, entah kenapa aku suka sekali lagu itu sehingga hampir 4 tahun ini tak ada niat untuk mengganti nada deringku. Ternyata itu hanya panggilan sesaat dari anakku yang sekolah di luar kota. Biasanya sekedar untuk memberi tahu bahwa dia kirim WA dan aku belum membacanya.  “Ibu sibuk?” chat singkat dari anakku. “Enggak, ada apa?” balasku cepat. “Enggak ada apa-apa, nanya doang, kok ibu gak ada nelpon-nelpon?” tanyanya lagi “Ibu banyak kerjaan,” “Ah, itu mah alesandro ibu aja,” balasnya lagi.  Aku tersenyum membacanya, bahasa anak sekarang kadang-kadang ditambahin macam-macam, alasan aja menjadi alesandro. Chat berikutnya membuat keningku agak berkerut. “Kenapa Ibu gak seperti mamanya Dilla?” Dilla adalah teman 1 kamarnya yang berasal dari kabupaten lain. “Emang mamanya Dilla, kenapa?” tanyaku penasaran “Mamanya Dilla hampir menelpon Dilla tiap hari, nanyain dah bangun belum? Dah makan belum? Dah pulang sekolah belum? Dsb lah, kok ibu ja