Langsung ke konten utama

HIDUP TENANG KARENA IKHLAS

'Kenapa matamu sembab gitu?” tanyaku saat melihat mata sahabatku.

“Semalaman aku menangis, sakit sekali rasanya hati ini, aku merasa Tuhan tidak adil padaku.”

“Astagfirullah Al Adzim, apa yang terjadi?” tanyaku penasaran. 

Sahabatku yang satu ini biasanya tidak perduli pada hal apapun yang menurutnya tidak penting. 

kesehariannya dihabiskan di rumah yang merangkap kantor kecuali ada agenda atau undangan kegiatan dari beberapa organisasi yang diikutinya. Sifatnya yang periang, suka humor dan supel dalam berkomunikasi membuatnya memiliki banyak relasi. Hari ini, saat aku berkunjung ke rumahnya, aku melihatnya begitu kusut. 

“Hey, ada apa?’ tanyaku lagi saat kulihat sahabatku masih termangu.

“Aku kecewa.” Gumamnya.

“Karena apa? Cerita dong! Bikin penasaran aja.” Sahutku.

Sahabatku menghela nafas. 

“Coba Lo bayangin, aku dapat info dari temanku yang ada di provinsi lain kalau ada jenis bantuan yang bisa diakses untuk tahun ini.”

“Trus?”

“Info itu aku sampaikan juga pada teman-teman lain yang ada di daerahku, bahkan ada yang copas proposalku, Lo tahu gak?  temanku lolos sedangkan aku yang memberi informasi malah tidak lolos, Lo bisa kan merasakan betapa sakitnya hatiku.” 

“Jadi itu yang membuatmu menangis semalaman?” tanyaku sambil tertawa.

“Napa Lo malah tertawa?” balas sahabatku dengan kening berkerut.

“Lucu aja, persoalan kecil gitu aja bisa membuat matamu seperti digigit lebah, kata-kata indah tentang keikhlasan yang sering kamu update di status rupanya hanya omong kosong.” Kataku sambil menatap wajahnya yang terlihat memerah karena sindiranku.

“Satu lagi, jangan pernah bilang kalau Tuhan tidak adil!”

“Maaf, aku sedang emosi, aku merasa telah berlaku baik dengan memberikan informasi yang mungkin berguna bagi teman-temanku tapi kenyataannya, aku sendiri yang tidak mendapatkan kesempatan untuk memperolehnya.”

“Aku paham dan bisa merasakan sakit hatimu, berusaha ikhlas saja,” kataku kemudian

“Ternyata Ikhlas itu sangat mudah diucapkan tetapi begitu sulit untuk dilakukan.” Gumamnya lirih.

“Iya, sangat sulit tapi jika kita mampu ikhlas, Insya Allah jiwa akan merasa tenang, jika saat ini proposalmu sia-sia, relakan aja, terima kenyataan karena dibalik itu tanpa disadari telah membuatmu kuat dan pantang menyerah, dan jika rezekimu belum sesuai dengan dengan apa yang  telah kamu lakukan, maka ikhlaskan lah, karena rezeki bukan hanya materi.”

Sahabatku melongo seakan tidak percaya kalau kata-kata itu keluar dari mulutku. 

“Sejak kapan Lo jadi orang yang bijaksana banget?” tanya sahabatku sambil tersenyum.

“Sejak sering baca quotes kata-kata bijaksana.” Jawabku 

Dan kami pun tertawa bersama.

#ChallengeRamadan

#SahabatKabolMenulis

#Day17


potonya nyomot😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEHARI DI MASHAGI

Oleh: Yeni Rohaeni  Udara mulai menghangat ketika kami mulai keluar dari Serpong Natura City. Jalanan yang mulai padat membuat laju kendaraan kami agak tersendat.  Hari ini, agenda kami adalah mengunjungi sahabatku, Bapak Jalaludin, beliau adalah ketua PKBM Mashagi Kabupaten Bogor. Aku mengenalnya lebih dekat ketika aku bergabung  di Tim Ngoppi (Ngobrolin Pendidikan) PKBM Indonesia.  Hawa dingin mengaliri tubuhku saat memasuki jalan tol lingkar Bogor. Puncak gunung Salak yang tertutup halimun terlihat indah dan penuh misteri. Ingatanku melayang ke tahun 2012 saat pesawat Sukhoi Superjet100 terjatuh  menabrak tebing gunung  yang menjulang tinggi di hadapan kami sekarang. Ah, segera kutepiskan bayangan itu mengingat akupun akan melakukan perjalanan udara. Mobil ketua PKBM Mnc Tangsel  yang mengantarku memasuki kawasan Pemda Bogor yang sejuk dan asri. Kulihat sahabatku sudah menanti kami. Iket (tutup kepala pria khas Jawa Barat) yang dikenakan sahaba...

ADA APA DENGAN ANDRE?

  ADA APA DENGAN ANDRE? Oleh: Yeni Rohaeni  "Gila," kata tutorku sambil meletakan tasnya. "Kenapa?" Tanyaku bingung Aku melihat anak-anak Paket C baru keluar dari ruangan kelas dan tutorku bergegas menutup pintu. "Ada apa," tanyaku lagi. "Masa si Andre bilang cinta sama aku." Jawab tutorku dengan muka memerah. Aku tertawa, Andre adalah salah satu peserta didik Paket C di lembagaku. Usianya 18 tahun, dia memilih masuk Paket C karena drop out dari salah satu SMK Negeri di daerahku.  Tutorku memang manis dan ramah. Namanya saja sekolah nonformal, aku selalu minta para tutorku agar tidak terlalu kaku dalam mengajar dan berkomunikasi dengan peserta didik. "Emang si Andre gak tau ya kalau kamu lebih tua dari dia?" "Sudah aku bilang," sahutnya "Terus apa jawab si Andre?" Jawabannya,"Usia hanya sekedar angka," kata tutorku sambil tertawa. "Jangan-jangan dia gak tau pula kalau kamu dah nikah," "Sudah ...

KETIKA MANUAL MENJADI DIGITAL

  KETIKA MANUAL MENJADI DIGITAL Oleh : Yeni Rohaeni "Pusing aku." gumam Bu Yuni lirih sambil menutup laptopnya. "Lho, kok laptopnya ditutup?" tanyaku Helaan nafas Bu Yuni terdengar berat, untuk beberapa saat Beliau terdiam dan aku membiarkannya sambil berpikir kenapa Bu Yuni tiba-tiba seperti orang yang galau tingkat tinggi. Bu Yuni adalah salah seorang pengelola PAUD di Kecamatanku. Aku mengenalnya sejak aku berkecimpung di dunia PAUD. Orangnya enerjik dan humoris, belum lengkap rasanya kalau berkumpul tanpa Beliau, gak ada yang bikin ngakak. "Teh!" Bu Yuni memanggilku. Oh ya, sejak pindah ke Minang rata-rata semua orang memanggilku "teteh" terkadang ada yang tidak tahu dengan nama asliku "Hmm, kenapa?" Tanyaku "Mabuk otak Denai (aku), Teh, sekarang semua online, semua maen upload, scan terus pdfkan, aku ikuti semua, pelajari semua sampai bisa, tapi masih ada juga yang belum paham, capek rasanya mengikuti zaman ini." Cerocosn...