BELAJAR SEPANJANG HAYAT
Oleh: Yeni Rohaeni
Perjalananku dalam mengelola PAUD nonformal (Kelompok Bermain) membawaku lebih jauh masuk ke dalam dunia pendidikan nonformal lainnya. Ternyata dalam pendidikan nonformal itu bukan hanya program PAUD lho tetapi masih banyak program lainnya, diantaranya program keaksaraan fungsional (KF). Apa sih program KF itu?
Program KF itu diperuntukkan bagi warga masyarakat yang masih buta aksara antara usia 10 sampai 44 tahun. Kenapa aku tertarik pada program ini? Ternyata pada saat itu aku mendapat informasi kalau di sekitar kecamatan tempat tinggalku masih terdapat warga yang buta aksara.
Aku berharap, jika aku menyelenggarakan program ini bisa membantu mereka dalam meningkatkan kemampuan keaksaraan dasarnya atau kemampuan baca tulisnya.
Pada awal kegiatan tahun 2010, aku mempunyai 5 kelompok KF dasar, 1 kelompok terdiri dari 10 orang dan 1 orang tutor sebagai pengajar. Tutor ini aku ambil dari daerah sekitar tempat tinggal mereka dan telah memenuhi kriteria sebagai tutor kf seperti minimal lulusan SMA, memahami cara mengajar orang dewasa, dan mempunyai sifat yang sabar dan ikhlas. Oh ya, tiap kelompok ini ada yang belajar di rumah salah satu peserta, ada yang di rumah tutor, ada yang di Mushola, dan ada juga yang d kantor Jorong (Kepala Dusun). Jadwal pembelajaran ada yang sore hari ada juga yang malam karena kalau siang hari mereka pergi ke sawah atau ke ladang.
Sebagai penyelenggara, aku berkeliling ke tiap kelompok untuk memantau kegiatan mereka selama 6 bulan sesuai jadwal yang telah disepakati. Aku salut lho pada mereka, walaupun mereka capek pulang dari sawah tapi mereka tetap semangat mengikuti pembelajaran.
Pernah aku bertanya pada salah seorang warga belajar, " apa sih motivasi mak mau ikut belajar KF?" Beliau menjawab,"anak-anakku pada merantau, mereka memberiku HP untuk nelepon jika amak kangen, tapi hp itu tak pernah amak pakai karena amak buta hurup."
Aku sampai nangis lho mendengar penjelasannya. Ternyata ada juga seorang anak yang tidak mengetahui kalau ibunya buta hurup sehingga mereka memberinya HP tanpa berpikir kalau ternyata amaknya tidak bisa memakainya.
Smbil memeluknya, aku bilang," belajar yang rajin ya mak, biar amak bisa melepas kangen dengan anak-anak amak diperantauan sana."
Banyak pelajaran yang aku dapatkan dari kegiatan ini. Jadi, jangan pernah merasa terlambat untuk belajar.
Pepatah mengatakan, belajarlah sepanjang hayat, mulai dari ayunan sampai ke liang lahat.
Komentar
Posting Komentar